🔥 Dari Aspirasi Menjadi Api: Saatnya Kita Sadar
Indonesia Berduka: Dari Suara Rakyat ke Bara Amarah
Beberapa hari terakhir, Indonesia berduka. Gedung-gedung DPRD terbakar, jalanan dipenuhi puing, dan asap hitam menyelimuti langit kota besar kita. Semua bermula dari suara rakyat yang ingin didengar.
Sayangnya, aspirasi yang semula damai berubah menjadi bara amarah yang melahap simbol negara, fasilitas publik, bahkan rumah warga biasa.
Pertanyaan untuk Kita Semua
Apakah ini benar jalan yang kita inginkan?
🚨 Api Tidak Pernah Memilih Korban
Api yang membakar gedung DPRD di Jakarta atau Makassar tidak mengenal siapa pemicunya. Ia hanya tahu melahap.
Siapa yang Paling Menderita?
-
Pedagang kecil yang kehilangan lapak.
-
Anak-anak yang harus menghirup asap.
-
Orang tua yang ketakutan melihat rumah mereka terancam.
Jika terus dibiarkan, kerusuhan ini hanya akan meninggalkan luka kolektif dan biaya besar yang akhirnya ditanggung rakyat sendiri.
🕊️ Menyuarakan dengan Bermartabat
Menyampaikan aspirasi adalah hak, tapi membakar kota bukanlah solusi. Justru itu menjauhkan kita dari perubahan yang diinginkan.
Mengapa Demo Damai Lebih Bermakna?
-
Pesan rakyat akan terdengar jelas.
-
Aspirasi tidak tertutup oleh asap dan arang.
-
Persatuan tetap terjaga, bukan malah tercerai-berai.
Mari kita ingat: yang kita lawan adalah ketidakadilan, bukan sesama anak bangsa.
🌏 Api Bisa Dipadamkan, Luka Harus Disembuhkan
Indonesia pernah melalui masa-masa sulit—krisis 1998, konflik sosial, hingga pandemi. Kita selalu bisa bangkit karena persatuan lebih besar dari perpecahan.
Pilihan Ada di Tangan Kita
Apakah kita ingin dikenang sebagai generasi yang membangun, atau generasi yang hanya meninggalkan abu?
✍️ Pesan untuk Kita Semua
Jangan biarkan amarah membakar masa depan kita. Suara rakyat harus tetap lantang, tapi sampaikan dengan damai dan bermartabat.
Bangsa ini bukan milik segelintir elit, melainkan milik kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar